Ada sesuatu yang lembut ketika hati seorang orang tua memandang janin dalam kandungan, atau bayi mungil di pelukan, bukan sekadar daging dan darah, melainkan amanah dari Allah yang kelak akan membawa harapan dan doa. Oleh sebab itulah banyak orang tua memilih untuk mulai menabur sedekah “atas nama” buah hati mereka. Bukan semata karena tradisi, melainkan karena keyakinan bahwa sedekah bisa membawa keberkahan – bagi anak dan juga bagi orang tuanya.
Ketika kita memberi dengan ikhlas, dari apa yang kita cintai, maka itulah bentuk cinta dan doa yang nyata. Allah mengingat setiap pemberian, terutama yang tulus dari hati. Seperti firman-Nya:
لَن تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا مِن شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebagian dari apa yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu nafkahkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS. Ali ‘Imran: 92)
Ayat ini mengajak kita menafkahkan apa yang paling kita sayangi – dan bagi seorang calon ibu, ayah atau orang tua baru, apa yang paling dicintai sering kali adalah anak. Ketika sedekah diniatkan sebagai doa dan tanggung jawab, maka itu bukan sekadar memberi: itu adalah bentuk “investasi doa” untuk masa depan anak, dan harapan agar Allah lipatgandakan rahmat-Nya.
Rasulullah ﷺ telah memberi kita pemahaman tentang betapa besar nilai sedekah – bukan hanya untuk kita sendiri, tetapi juga bisa menjadi amal yang terus membawa kebaikan, bahkan setelah kematian. Beliau bersabda:
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفِعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia meninggal, berakhirlah amalnya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.”
Kalau sedekah bisa menjadi amal jariyah, mengapa tidak kita mulai sedekah demi anak yang baru saja kita harapkan kehadirannya, atau sudah kita titipkan harapan pada mereka? Dengan sedekah atas nama anak, kita memohon – agar kelak ketika mereka tumbuh dewasa, Allah limpahkan kelancaran rezeki, kesehatan, dan keberkahan, serta agar kita pun selalu mendapat pahala setiap mereka tumbuh, hidup, dan berbuat baik.
Sedekah atas nama anak bukan tentang riya atau pamer – melainkan tentang harapan dan cinta tulus, penyerahan diri kepada Sang Pemilik Rezeki. Dalam setiap uang yang disedekahkan, ada doa yang mengalun pelan: “Ya Allah, jagalah anak ini, mudahkan rezekinya, berkahi hidupnya, dan jadikan dia berkah bagi orang tua serta umat.”
Terkadang kita terlalu sibuk memikirkan masa depan anak – sekolahnya, kebutuhan fisiknya, pendidikan, tempat tinggal. Tapi sedekah yang diniatkan dengan ikhlas bisa menjadi salah satu bekal spiritual yang jauh lebih berarti. Karena ketika kita memberi sepenuh hati, Allah melihat, mengetahui, dan insya Allah membalas dengan keberkahan yang tidak kita sangka.
Semoga setiap sedekah yang kita titipkan untuk buah hati menjadi cahaya yang menerangi jalan mereka dalam dunia dan akhirat. Semoga anak-anak kita tumbuh dalam limpahan rahmat dan keberkahan, serta menyadari bahwa sedekah adalah warisan terbaik dari orang tua yang mengedepankan iman, cinta, dan harapan pada ridha Allah. Aamiin.




