PELAJARAN HIDUP SEBELUM KENABIAN
Beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kehidupan Rosululloh ﷺ sebelum menjadi Nabi sebagai berikut;
- Manakala status seorang da’i kepada Alloh berasal dari kalangan terhormat dari kaumnya, maka itu akan lebih menarik perhatian banyak orang. Sebab, telah menjadi kebiasaan bahwa sebuah masyarakat akan melecehkan da’i yang berasal dari lingkungan yang tidak jelas atau lahir dari nasab yang rendah. Benar, memang Islam tidak menjadikan kemuliaan nasab seseorang sebagai tolak ukur bagi kualitas amal perbuatannya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan amal perbuatan akan lebih terhormat dan lebih tinggi kedudukannya serta lebih dekat dengan keberhasilan. Sebagaimana sabda Rosululloh ﷺ, “Sebaik-baik kalian pada masa jahiliyyah adalah sebaik-baik kalian pada masa Islam, jika mereka memahami”. (HR. Ahmad)
- Penderitaan-penderitaan masa yatim dan pahitnya kehidupan yang dialami Nabi ﷺ di masa kecil menjadikan Beliau sangat sensitif terhadap nilai-nilai luhur kemanusiaan, sangat empati kepada anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang tertindas, dan berusaha keras menegakkan keadilan.
Setiap da’i membutuhkan rasa sensitifitas kemanusiaan sehingga bisa merasakan kepedihan orang-orang lemah. Tidak ada sesuatu yang bisa memberikan kepekaan sosial yang cukup selain orang yang merasakannya sendiri dalam perjalanan kehidupannya dengan beragam penderitaan sebagaimana penderitaan orang-orang yang lemah.
- Ketika Rosululloh ﷺ –sang Da’i- hidup dalam kondisi yang dekat dengan kesucian dan terhindar dari kehidupan amburadul, maka hal tersebut lebih mengantarkannya pada kebersihan hati, kekuatan akal, jiwa dan raga, serta keselamatan ucapan dan pikiran Beliau.
- Tidak pantas dijadikan sebagai pusat dan pemimpin dakwah, selain orang yang cerdas dan cerdik. Orang bodoh, orang yang tidak memiliki keahliaan, orang yang pikirannya kacau tidak mungkin bisa memimpin dalam bidang apapun. Karena jika ia diberi sesuatu tanggung jawab memimpin, maka ia akan segera terpuruk dan masyarakat pun akan menjauhinya.
- Sebaiknya seorang da’i menyandarkan kehidupannya pada hasil usaha sendiri atau sumber lain yang terhormat dan tidak mengandung unsur meminta-minta serta menghinakan diri.
- Sikap istiqomah Nabi ﷺ dan kebersihan nama baiknya pada masa muda lebih mempercepat Beliau meraih keberhasilan dalam dakwah, memperbaiki budi pekerti dan memerangi kemungkaran, karena sebelum Beliau berdakwah, tidak ada seorang pun yang menjelek-jelekkan dan meragukan kepribadian Beliau. Karena itu banyak masyarakat berpaling dari para da’i disebabkan masa lalu mereka yang suram dan tidak terpuji.
- Berbagai pengalaman Nabi dalam perjalanan jauh, berinteraksi langsung dengan banyak orang, dan perkenalan Beliau dengan para pemimpin masyarakat untuk mengetahui kondisi serta problematika mereka, berpengaruh besar pada keberhasilan dakwah Beliau. Oleh karena itu seorang da’i harus berinteraksi dengan masyarakat, kaya dalam pengalaman dan memiliki pengetahuan yang luas terhadap segala persoalan umat manusia.
- Orang yang berdakwah di jalan Alloh harus memiliki waktu khusus untuk khusyu bermunajat kepada Alloh ta’ala yang Maha Agung dan membersihkan jiwanya dari segala budi pekerti yang rendah dan kehidupan kacau. Khalwat semacam ini membuat da’i bisa introspeksi diri. Karena itu tahajud dan qiyamulail bagi pribadi Nabi Muhammad ﷺ merupakan satu kewajiban, sedangkan bagi yang lain merupakan ibadah sunnah. Orang yang paling berkepentingan menjaga kesunnahan ini adalah para da’i yang menyeru kepada Alloh ta’ala.
(Pelajaran Hidup Sebelum Kenabian)