PERISTIWA-PERISTIWA DI MASA PERTUMBUHAN NABI MUHAMMAD
- Pada saat Rosululloh ﷺ berusia 12 tahun, Abu Tholib mengajaknya berdagang ke negeri Syam. Sesampainya di perkampungan Bushro, mereka disambut oleh seorang pendeta bernama Buhairo. Semua rombongan turun dan memenuhi jamuan sang pendeta, kecuali Rosululloh ﷺ. Pada saat itu pamannya menceritakan tentang perihal Beliau dan sifat-sifatnya. Setelah mendengarnya, sang pendeta mengatakan bahwa anak tersebut akan menjadi pemimpin manusia sebagaimana yang dia ketahui ciri-cirinya yang ada di dalam kitab agamanya. Maka ia meminta Abu Thalib untuk tidak membawanya ke Syam, karena khawatir orang-orang Yahudi akan mencelakakannya.
- Pada usia 15 tahun, Rosululloh ﷺ ikut serta dalam perang fijar yang terjadi antar suku Quraisy yang bersekutu dengan Bani Kinanah melawan suku Qais Ailan. Pada peperangan tersebut Beliau membantu pamannya menyiapkan anak panah.
- Setelah usai perang fijar, diadakannlah perdamaian yang dikenal Hilful Fudhul. Semua kabilah dari suku Quraisy pada saat itu ikut dalam perjanjian tersebut. Setelah menjadi Rosul, Rosululloh masih mengingatnya dan memujinya, bahkan seandainya Beliau diundang lagi setelah masa Islam, niscaya Beliau akan memenuhinya.
- Masa muda Beliau dilalui dengan kehidupan yang berat. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Beliau mengembalakan kambing penduduk Makkah demi mendapatkan upah.
- Pada usia 25 tahun, Beliau mulai usaha dagang dengan modal dari Khodijah –wanita pengusaha kaya raya dan terpandang di kota Makkah- dengan sistem bagi hasil. Mendengar kejujuran Rosululloh ﷺ, Khodijah menawarkan kepada Beliau untuk membawa barang dagangannya dan menjualnya ke negeri Syam dan Rosul pun menerima tawaran tersebut.
- Setelah sekian lama berdagang di negeri syam, Rosululloh ﷺ kembali ke Makkah dengan membawa keuntungan yang berlimpah. Melihat hal itu semakin kagumlah Khodijah dengan kepribadian Rosululloh ﷺ, apalagi setelah Maisaroh (seorang laki-laki yang menjadi teman dagang Beliau) menceritakan tentang keluhuran budi, kejujuran dan kecerdasannya.
- Khodijah seperti mendapatkan sesuatu yang selama ini ia cari. Karena sebagai wanita kaya raya dan terhormat, tentunya sudah banyak tokoh-tokoh dan pemimpin-pemimpin suku yang berusaha melamarnya, namun belum ada yang dia terima. Akhirnya masalah ini diceritakan kepada sahabatnya; Nafisah binti Maniah. Tanpa menunggu lama, Nafish segera menemui Rosululoh ﷺ dan memohon agar Rosululloh ﷺ bersedia menikahi Khodijah. Rosululloh ﷺ setuju dan akhiranya Beliau pun melamarnya. Saat itu Rosululloh ﷺ berusia 25 tahun dan Khodijah berusia 40 tahun.
- Pada saat Rosululloh ﷺ berusia 35 tahun, Ka’bah terkena banjir besar dan temboknya retak. Karena itu penduduk Makkah merenovasi bangunan Ka’bah dengan bergotong-royong. Ketika sampai pada tahap pembenahan tempat Hajar Aswad, mereka bersitegang tentang siapa yang layak meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Masing-masing kabilah memanas dan hampir saja menimbulkan perkelahian. Setelah mereka bermusyawarah dan bersepakat, bahwa orang yang pertama kali masuk ke pintu bani Syaibah yang akan memutuskan masalah itu. Ternyata orang itu adalah Rosululloh ﷺ. Mereka pun mengatakan, “Laki-laki ini adalah orang yang dapat dipercaya, kami ridho dengan keputusannya”. Akhirnya Nabi ﷺ memberi solusi yang dapat diterima oleh semua pihak yang berselisih, yaitu Beliau membentangkan sorban, kemudian hajar aswad diletakkan di atasnya. Kemudian Beliau meminta setiap pemimpin kabilah memegang ujung sorban. Setelah itu mereka mengangkat hajar aswad dan membawanya sampai di tempat semula. Nabi lalu mengangkat hajar aswad tersebut dan meletakkan di tempatnya, dan akhirnya mereka semua puas dengan keputusan Nabi. Dengan kesempurnaan akal dan kebijaksanaanya, Alloh melindungi bangsa Arab dari pertumpahan darah.
- Sejak awal, Alloh ﷻ telah mempersiapkan kehidupan Rosululloh ﷺ agar dapat menanggung misi besar yang akan dihadapinya di kehidupan manusia. Karena itu di tengah kerusakan masyarakatnya, Nabi ﷺ tidak ikut-ikutan larut di dalamnya, bahkan Beliau menampilkan kepribadian yang sangat menarik hingga diakui semua kalangan masyarakat. Beliau tidak pernah menyembah berhala, tidak juga ikut upacara-upacayanya, bahkan Belaiu tidak bersedia memakan daging dari hewan yang disembelih atas nama berhala. Beliau tidak pernah ikut-ikutan membuang waktu dengan pemuda-pemuda Makkah lainnya, kecuali bergaul dengan sewajarnya dan tidak merusak. Pernah suatu ketika Beliau mendengar nyanyian dalam sebuah pesta pernikahan sehingga Beliau ingin menyaksikannya namun Alloh melindunginya dengan membuatnya tertidur.
(PERISTIWA DI MASA PERTUMBUHAN NABI MUHAMMAD)