PERANG KHONDAQ

Perang Khondaq - www.wakafalhudabogor.com

Perang Khondaq

Perang Khondaq adalah perang umat Islam melawan pasukan sekutu yang terdiri dari Bangsa Quraisy, Yahudi, dan Gatafan. Perang ini terjadi pada tahun ke-5 setelah Hijrah ke Madinah atau tepatnya pada tahun 627. Perang Khondaq disebut juga Perang Ahzab, yang artinya Perang Gabungan.

Pasukan koalisi yang terdiri dari sepuluh ribu pasukan yang seluruhnya dipimpin oleh Abu Sufyan bin Harb. Merka bergerak dengan peralatan yang lengkap untuk satu tujuan, yaitu perang melawan Rasulullah ﷺ.

Rosululloh ﷺ mendengar kabar tentang langkah-langkah yang dilakukan oleh yahudi tersebut. Beliau segera melakukan musyawarah dengan para sahabat untuk menghadapi pasukan yang gabungan yang sangat besar. Pada saat itu jumlah umat Islam masih sedikit; yaitu hanya sekitar 3 ribu personil, padahal jumlah pasukan musuh telah mencapai 10 ribu personil. Para sahabat beranggapan bahwa mereka tidak memiliki cukup kekuatan untuk menghadapi musuh secara langsung. Rosululloh ﷺ dan para sahabat ketika itu berhadapan dengan dua buah pilihan yang sama beratnya, yaitu antara menyongsong musuh atau bertahan di kota madinah. Namun, tidak mungkin menyongsong pasukan lawan yang jumlahnya berkali-kali lipat, karena hal itu sama saja dengan bunuh diri. Namun untuk bertahan pun, jumlah mereka terlalu sedikit.

Di tengah kebingungan tersebut, muncullah seorang sahabat bernama Salman Al-Farisi rodhiyallohu’anhu yang berasal dari negeri Persia. Nampaknya ia memiliki ide lain. Ia pun segera mengusulkan idenya tersebut. Ia mengisahkan kepada Rosululloh ﷺ, bahwa jika orang-orang di Persia diserang, maka mereka akan membuat parit.  Oleh karena itu, ia pun mengusulkan kepada Rosululloh ﷺ untuk membuat Parit sehingga dapat menghalangi pasukan musuh melakukan serangan. Wajah yang cerah pun memancar dari Rosululloh ﷺ mendengar ide tersebut. Rosululloh ﷺ langsung menyutujui pendapat Salman al-Farisi.

Pasukan musuh membuat perkemahan di seberang parit mengepung kaum muslimin selama satu bulan. Selama itu, tidak terjadi pertempuran berarti di antara pasukan sekutu dan kaum muslimin kecuali lemparan panah dan batu. Namun sejumlah ahli berkuda musyrikin Quraisy, di antaranya ‘Amr bin ‘Abdi Wadd, ‘Ikrimah dan lainnya berusaha mencari jarak lompat yang lebih sempit. ‘Amr bin ‘Abdi Wadd adalah di antara orang yang berhasil menyeberangi parit. Ia pun langsung menantang para pahlawan muslimin untuk perang tanding.

Tanpa gentar, ‘Ali bin Abi Thalib rodhiyallohu’anhu langsung tampil untuk menyambut tantangan tersebut. Sebelum bertarung, Ali mengajak ‘Amr untuk masuk Islam.

Namun, Amr dengan tegas menolaknya. Maka, Ali pun menantangnya untuk bertarung. Akan tetapi, ‘Amr enggan bertarung dengan ‘Ali karena tidak ingin membunuhnya.

Melihat sikapnya itu, Ali memancing kemarahan Amr dengan mengatakan bahwa ia sangat ingin membunuh Amr.

Mendengar hal tersebut, amarah ‘Amr pun terpancing. Dia langsung turun dan membunuh kudanya, lalu berjalan menghadapi ‘Ali. Mulailah keduanya saling menyerang dan menikam. Di saat pertarungan tersebut semakin memanas, pedang ‘Ali bin Abi Thalib berhasil menebas ‘Amr hingga membunuhnya.

Di pihak lain, kaum muslimin semakin tertekan dengan adanya pengkhianatan Yahudi Bani Quroizhoh karena terhasut seorang pimpinan Yahudi, Huyyai bin Akhthob.

Di tengah kondisi yang mencekam tersebut, pertolongan Alloh ﷻ pun datang kepada Rosul-Nya ﷺ.

Pertolongan Allah ﷻ yang pertama, turun melalui masuk Islamnya seorang dari Kabilah Gatafan bernama Nu’aim bin Mas’ud. Keislaman Nu’aim terjadi tanpa sepengetahuan teman-temannya. Nu’aim pun langsung menghadap kepada Rosululloh ﷺ dan meminta tugas kepada beliau.

Selanjutnya Nu’aim datang menemui orang-orang Quraisy dan meyakinkan kembali bahwa sebetulnya orang-orang Yahudi menyesal melanggar perjanjian mereka dengan Muhammad dan para sahabatnya.

Setelah itu Nu’aim mendatangi orang-orang Ghathafan dan mengatakan kalimat yang sama dengan yang diucapkan kepada Quraisy.

Pada malam Sabtu bulan Syawwal, pasukan sekutu mulai bergerak dan menemui tokoh-tokoh Yahudi untuk mengajak mereka bersama-sama berperang menumpas Rosululloh ﷺ dan kaum muslimin.

Namun orang-orang Yahudi menolak ajakan tersebut dengan beralasan, bahwa hari itu adalah hari Sabtu. Mereka tidak mau tertimpa seperti yang menimpa para pendahulunya, ketika mereka mengada-adakan sesuatu pada hari itu. Orang-orang Yahudi juga menyatakan bahwa mereka tidak mau berperang kecuali Quraisy memberi jaminan kepada mereka.

Lihat Artikel Lain

Kini, masing-masing pihak merasa yakin, bahwa apa yang disampaikan Nu’aim adalah benar. Pihak Quraisy dan Gathafan menilai bahwa orang-orang Yahudi telah mengkhianati kesepakatan mereka. Sebaliknya, orang-orang Yahudi pun menilai pasukan sekutu Quraisy akan mengkhianati janji mereka. Demikianlah akhirnya terjadi salah paham di antara mereka dan saling tidak mempercayai. Sehingga masing-masing dari mereka menuduh terhadap yang lainnya sebagai pengkhianat. Kondisi tersebut, menjadikan kekuatan pasukan sekutu tercerai berai dan melemah.

Pertolongan lainnya yang Alloh ﷻ turunkan kepada kaum Muslimin adalah datangnya angin topan. Pada suatu malam, Alloh ﷻ menurunkan angin topan hingga mengacak-ngacak perkemahan pasukan sekutu.

Kaum Muslimin segera menyebut syukur atas pertolongan Allah ﷻ. Saat itu, bertambahlah keimanan mereka dan kepercayaan bahwa Allah ﷻ selalu memenuhi janji-Nya.

Dalam perang Khandaq ini, korban jiwa yang gugur sebagai syuhada dari kalangan kaum muslimin sekitar sepuluh orang.

Kemudian Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat kembali ke Madinah serta meletakkan senjata mereka.

Rosululloh ﷺ menyerahkan urusan hukuman Bani Quroizhoh ini pada Sa’ad bin Mu’az. Rosululloh ﷺ pun segera memerintahkan Bani Quroizhoh untuk melucuti senjata dan turun dari benteng. Setelah itu, Bani Quroizhoh menanti-nanti keputusan apa yang telah dipilih oleh Sa’ad bin Mu’adz untuk menghukum pengkhianatan mereka.

Sa’ad bin Mu’adz ternyata memutuskan bahwa mereka yang terlibat kejahatan perang dari Bani Quroizhoh yang telah dewasa dihukum mati, sedangkan kaum wanita dan anak-anak menjadi tawanan kaum muslimin. Selain itu, harta benda Bani Quroizhoh akan dibagikan kepada Kaum Muslimin. Rosululloh ﷺ pun menyetujui keputusan yang dibuat oleh Sa’ad bin Mu’adz ini. Akhirnya, dilaksanakanlah keputusan tersebut.

Inilah akhir kemenangan kaum muslimin dalam perang khondaq. Semoga, dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran, tentang pentingnya kesabaran, ketaatan kepada Alloh ﷻ dan Rosulnya ﷺ, juga keimanan yang kuat terhadap janji-janji yang disampaikan oleh Alloh ﷻ. Wallohu a’lam.

Raih Keutamaan Sedekah Shubuh untuk Sarana Ibadah

Kategori