PERISTIWA BI’R MA’UNAH

Peristiwa Bi'r Ma'unah - www.wakafalhudabogor.com

Peristiwa Bi’r Ma’ûnah

Peristiwa Bi’r Ma’unah pantas disebut tragedi. Tragedi ini terjadi pada bulan Safar, tepat empat bulan setelah perang Uhud. Tragedi ini bermula dari Abu Barâ’, Amir bin Malik bin Ja’far, seorang yang mahir memainkan tombak, datang menemui Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam di Madinah. Beliau shollallohu ‘alaihi wasallam mengajaknya masuk Islam dan mendakwahinya. Ia menolaknya  namun ia tidak pula memusuhi Islam. Bahkan Abu Barâ’ berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana kalau engkau mengirimkan beberapa orang sahabatmu kepada penduduk Nejed untuk mengajak mereka kepada agamamu. Aku berharap mereka memenuhi ajakanmu.” Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku khawatir penduduk Nejed akan mencelakakan sahabat-sahabatku.” Abu Barâ’ berkata lagi, “Aku yang akan menjadi pelindung mereka, silakan engkau kirim mereka untuk mengajak manusia kepada agama-mu.

Kemudian Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam mengirim al-Mundzir bin Amr rodhiallohu ‘anhu, saudara Bani Sâ’idah. Ia dijuluki ‘al-Mu’niq li Yamût’ yang artinya “si berani mati”. Ia dijuluki demikan karena ia orang yang bersegera meraih syahadah atau mati syahid. Al-Mundzir bin Amr rodhiallohu ‘anhu diutus bersama tujuh puluh orang pilihan dari kalangan kaum muslimin. Di antaranya adalah, al-Harits bin ash-Shimmah, Harâm bin Milhân, ‘Urwah bin Asma’, Nafi’ bin Budail bin Warqâ’, Amir bin Fuhairah seorang bekas budak Abu Bakar ash-Shiddiq dan sahabat-sahabat pilihan lainnya rodhiallohu ‘anhum yang telah ditentukan berdasarkan hafalan al-Qur’an mereka dan pemahaman mereka tentang agama.

Mereka membagi-bagikan makanan sekaligus mendakwahi al-Qur’an kepada orang-orang yang mereka lewati hingga tiba di Bi’r Ma’ûnah yang terletak di antara wilayah Bani Amir dan wilayah Bani Sulaim. Ketika utusan itu tiba di Bi’r Ma’ûnah, mereka mengutus Harâm bin Milhân rodhiallohu ‘anhu untuk mengantar surat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam kepada Amir bin ath-Thufail, sang musuh Allah. Ketika Harâm bin Milhan rodhiallohu ‘anhu tiba di tempat Amir bin ath-Thufail dan menyerahkan surat tersebut, Amir sama sekali tidak membaca surat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam tersebut, bahkan ia menyuruh seseorang untuk menikam Harâm bin Milhân rodhiallohu ‘anhu dari belakang. Saat terbunuh, Haram in Milhan rodhiallohu ‘anhu sempat berkata, “Alloh Maha Besar, Aku telah beruntung demi yang menjaga Ka’bah.

Baca Artikel Lainnya!

Setelah itu, Amir bin ath-Thufail langsung berteriak dan mengajak kaumnya menyerang para utusan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam tersebut. Namun mereka menolak memenuhi seruannya. Mereka berkata, “Kami tidak akan melanggar perjanjian Abu Barâ’!

Kemudian Amir bin ath-Thufail tidak menyerah begitu saja. Ia berteriak dan mengajak kabilah-kabilah Bani Sulaim untuk menyerang utusan itu dan mereka pun memenuhi seruannya. Kemudian kabilah-kabilah itu mengepung para utusan Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam di tengah jalan. Menyadari diri mereka telah dikepung, mereka mencabut pedang masing-masing dan bertempur melawan kabilah-kabilah tersebut hingga terbunuh seluruhnya kecuali Ka’b bin Zaid bin An-Najar rodhiallohu ‘anhu yang berpura-pura mati karena terkena tombak ditengah para sahabatnya yang sudah syahid. Kendati masih hidup, namun ia kembali dalam keadaan terluka parah, antara hidup dan mati. Kemudian ia masih bertahan hidup dan gugur sebagai syahid dalam perang Khandaq, semoga Allah merahmati beliau. Amin.

Kemudian Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ini semua karena ulah Abu Barâ’ yang tidak aku sukai dan aku khawatirkan.” Lalu Ketika Abu Barâ’ mendengar semua itu, terasa berat olehnya pengkhianatan Bani Amir terhadapnya dan peristiwa yang dialami oleh sahabat-sahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wasallam karena dirinya.

Dalam kitab ash-Shohih al-Bukhori, disebutkan sebuah hadits dari Anas rodhiallohu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam terus berdoa (qunut nazilah) untuk kecelakaan orang-orang yang telah membunuh para sahabat di Bi’r Ma’unah selama tiga puluh hari. Beliau berdo’a pada sholat Subuh bagi kecelakaan kaum-kaum durhaka tersebut.

Demikianlah salah satu tragedi menyakitkan yang terjadi paska perang Uhud. Mudah-mudahan kita dapat mengambil pelajaran darinya. Amin. Wallohu a’lam.

Raih Keutamaan Sedekah Shubuh untuk Sarana Ibadah

Kategori